EKONOMI KREATIF 'KORIDOR OUTDOOR'

EKONOMI KREATIF
Dosen Pengajar : Ir. Ramos Pasaribu, MT



Disusun Oleh :
BELINDA YOVIANA          1454050001
SURYA PURNAMI H           1454050015
TUTI AGUSTINA                 1454050017
RAHEL SERENA                  1454050019



UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR
2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas  dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari  Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi kreatif juga merupakan gagasan untuk merealisasikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan berbasis kreativitas. Pemanfaatan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tidak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas. Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan penciptaan inovasi melalui perkembangan teknologi yang semakin maju.
 Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi. Sama halnya dengan pembuatan suatu produk yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari yang dapat kita buat sendiri dengan memanfaatkan barang-barang tak terpakai dan menjadikannya sesuatu yang kreatif,  inovatif sekaligus kualitatif.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diabaikan sehingga menjadi pokok perbincangan yang menarik yang berkaitan dengan pengembangan ide-ide kreatif yang dapat disalurkan. Seperti yang terjadi di kampus kita, Universitas Kristen Indonesia, khususnya fakultas teknik.
Fakultas Teknik UKI memiliki lokasi gedung yang strategis dan memiliki banyak lahan di sekitarnya. Namun jika diperhatikan bentuk gedung Teknik UKI terlihat kurang menarik.dan menimbulkan kesan yang membosankan. Selain itu gedung Teknik juga memiliki banyak akses masuk yang cukup membingungkan. Sehingga dibutuhkan sebuah desain architectural yaitu salah satunya berupa sebuah “koridor outdoor” yang dapat membentuk ruang dan memberi kesan menarik serta menjadi landmark atau titik point yang dapat memberi petunjuk bagi orang luar yang ingin masuk ke dalam gedung Teknik.
Maka dengan permasalahan yang ada, konsep dari ekonomi kreatif diharapkan dapat menjawab persoalan tersebut. Dengan mata kuliah Ekonomi Kreatif mendorong mahasiswa khususnya penulis dalam menciptakan ide-ide kreatif, inovatif sekaligus kualitatif. Sehingga karya arsitektur yang berupa pergola ini dapat membaangun mood para pengguna menjadi lebih bersemangat sebelum memasuki gedung untuk belajar, mengajar, maupun bekerja di dalam gedung Teknik UKI.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Ide apa yang dapat direalisasikan untuk menjawab persoalan kurang nya unsur estetika di gedung Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia?
2.      Bahan bekas jenis apa yang dapat menjadi material utama dalam pembuatan produk yang menjadi ide penulis?
3.      Bagaimana cara membuat produk tersebut agar menimbulkan kesan ruang yang baik tanpa mengganggu sirkulasi mahasiswa lain saat melewati koridor itu?

1.3  Maksud dan Tujuan

1.      Membuat suatu produk yang dapat bermanfaat dan menjawab salah satu persoalan yang ada di Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia
2.      Menjadikan barang bekas menjadi suatu produk yang bermanfaat bagi mahasiswa teknik dengan penggunaan konsep ekonomi kreatif sebagai landasan dalam pembuatan produk
3.      Membuat produk yang dapat di gunakan sebagai kepentingan bersama dan merancang produk sehingga memberi kesan ruang yang baik dalam peletakannya











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Koridor

Menurut Zahnd (2012: 110), menyebutkan bahwa koridor dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan dua kawasan atau wilayah kota secara netral. Dengan kata lain, koridor merupakan ruang berupa plasa, jalan atau lorong memanjang yang terbentuk oleh deretan bangunan, pohon, atau perabot jalan untuk menghubungkan dua kawasan dan menampilkan kualitas fisik ruang tersebut.
Ruang fisik yang terbentuk pada jalur koridor ini terbentuk oleh skala atau perbandingan dari elemen pembentuknya, yaitu lebar jalan, panjang jalan, bentuk pedestrian, ketinggian elemen vertikal bangunan, bentuk massa dan fasad bangunan, dan fungsi kegiatan yang terjadi (Moughtin,1992: 42).
Menurut Carr, et al. dalam Carmona, dkk. (2003: 88), bentuk fisik koridor dapat berperan secara baik jika mengandung unsur comfort, relaxation, passive angagement, active angagement, dan discovery, yaitu:

1.      Comfort, merupakan salah satu syarat mutlak keberhasilan ruang fisik koridor. Lama seseorang beraktivitas berada dapat dijadikan tolok ukur comfortable (tingkat kenyamanan) suatu koridor. Dalam hal ini kenyamanan koridor antara lain dipengaruhi oleh: environmental comfort yang berupa perlindungan dari pengaruh alam seperti sinar matahari dan angin; physical comfort yang berupa ketersediaan fasilitas penunjang yang cukup seperti tempat duduk; social and psychological comfort yang berupa ruang bersosialisasi untuk pengguna.

2.      Relaxation, merupakan aktivitas yang erat hubungannya dengan psychological comfort. Suasana rileks mudah dicapai jika badan dan pikiran dalam kondisi sehat dan senang. Kondisi ini dapat dibentuk dengan menghadirkan unsur-unsur alam seperti tanaman atau pohon, dan air dengan lokasi yang terpisah atau terhindar dari kebisingan dan hiruk pikuk kendaraan di sekelilingnya.

3.      Passive engagement, aktivitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Kegiatan pasif dapat dilakukan dengan cara duduk-duduk atau berdiri sambil melihat aktivitas yang terjadi di sekelilingnya atau melihat pemandangan lingkungan sekitar.

4.      Active engagement, suatu ruang koridor dikatakan berhasil jika dapat mewadahi aktivitas kontak atau interaksi antar anggota masyarakat dengan baik.

5.      Discovery, merupakan suatu proses mengelola ruang koridor agar di dalamnya terjadi suatu aktivitas yang tidak monoton dengan memelihara keunikan aktivitas dan ciri khas arsitektural yang terdapat pada koridor sesuai budaya setempat.

Peranan warna untuk menimbulkan kesan dalam suatu koridor kawasan. Peranan warna dalam menggambarkan suatu tema kawasan adalah dengan peranan warna-warna primer (biru, merah, dan kuning). Warna-warna terang akan memberikan kesan ruang yang lebih luas, sedangkan warna gelap memberikan kesan sempit dan berat (Moughtin, 1992: 49).

Menurut Cullen (1975: 62), untuk melihat sistem visual suatu koridor dapat ditentukan melalui:

1.      Serial vision
Penataan secara visual suatu penggal jalan tertentu atau pemandangan fisik lingkungan dengan menempatkan suatu elemen sebagai vocal point atau kontras tertentu, sehingga menimbulkan dramatisasi dalam suatu deretan visual urut-urutan pemandangan objek fisik. Dengan demikian, pengamat akan merasa terkejut terhadap suatu pandangan urutan peristiwa perjalanan yang terlihat sepotong-sepotong, seolah-olah bergerak, teratur, dan hidup. Apabila diperhatikan ada perubahan dalam arah gerak, variasi bentuk-bentuk yang menonjol, pergeseran letak sedikit ditarik ke dalam, dan memberikan efek 3 dimensi.

2.      Place
Berkenaan dengan reaksi pengamatan lingkungan terhadap posisi pengamat dalam lingkungannya, sehingga diperoleh situasi yang dramatis dengan indikator posisi, hubungan tempat, dan kontinuitas. Suatu koridor tidak hanya dirasakan sebagai bentuk ruang, tetapi dapat dirasakan sebagai tempat bermakna (place) yang berhubungan dengan reaksi posisi tubuh pengamat berada dalam suatu lingkungan tertentu sesederhana apapun.
a.       Possesion
Perasaan kecocokan pengamat terhadap suatu tempat. Perasaan itu muncul karena pengaruh efek bayangan, rasa terlindung, keramahan, dan kenyamanan dari keberadaan lingkungan disekitarnya.

b.      Possesion in movement
Diciptakan melalui pengalaman saat berjalan memasuki koridor dengan awalan yang pasti dan pengakhiran yang tegas, misal pedestrian way untuk jalur pejalan kaki dan jalur beraspal untuk kendaraan bermotor.

c.       Focal point
Merupakan fokus lingkungan dalam bentuk tegas yang akan memantapkan lingkungan. Focal point menunjukkan suatu objek penting yang menjadi simbol suatu pusat pertemuan.



3.      Content
Berkenaan dengan struktur elemen koridor, berupa muatan atau isi yang terdapat pada koridor kawasan. Hal yang berhubungan dengan content adalah:

a.       Incident
Suatu bagian dari bangunan yang menarik untuk dinikmati dan tidak membosankan, tetapi membutuhkan waktu untuk melihat bagian tersebut.

b.      Intricacy
Ketidakcocokan antara bangunan asli dengan bangunan tambahan yang kontras, sehingga menjadikan suasana ruang mudah diingat dan memiliki identitas tersendiri.

c.       Intimacy
Suatu keintiman elemen fisik lingkungan yang menyebabkan keakraban ruang.

d.      Occupied
Territory Lingkup dari elemen perabot jalan (street furniture) yang dapat memberikan kesan keakraban bagi pengguna.

e.       Foils
Suatu elemen bangunan yang heterogen, tetapi dapat terintegrasi dengan baik. Penggabungan yang kontras antara bangunan lama dengan bangunan baru yang membuat bagian koridor kawasan mudah diinggat pengamat.

Pada perinsipnya content terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
a.       Gaya dan bentuk arsitektur, merupakan wajah dari langgam arsitektur atau fasad bangunan yang ada di sekitarnya dan menunjukkan karakter tempat.

b.      Skala, merupakan perbandingan antara jarak pandang pengamat dengan luasruang yang dilingkupi oleh bangunan.

c.       Material dan lay out, merupakan bahan atau material yang digunakan pada elemen fisik ruang serta bentuk lay out ruang yang terjadi.

d.      Warna, digunakan untuk menutup permukaan dengan warnawarna yang bervariasi sesuai makna yang ingin diungkapkan.

e.       Tekstur, merupakan bahan yang dipakai untuk melapisi bidang permukaan baik material yang halus maupun yang kasar

f.        Ragam hias, merupakan elemen ornamen yang berkaitan erat dengan gaya arsitektur tertentu.

g.      Karakter, merupakan kekhasan aktivitas dengan memperhatikan jenis kegiatan non fisik yang terjadi di dalam ruang fisik menurut fungsinya.

2.2   Pergerakan Manusia
Path mempunyai definisi yang cukup luas. Skala penelitian juga menjadi penting, sebab path dalam skala perkotaan bisa dianggap sebuah jalan, sedangkan dalam skala yang lebih kecil, path bisa saja merupakan sebuah jalur bagi pejalan kaki. Dalam laporan ini yang dimaksud path adalah jalur bagi pejalan kaki atau bisa dibilang koridor. Jika kita melihat dari segi fungsi ruang, maka secara sederhana bisa dikatakan bahwa jika jalur tersebut merupakan jalur yang berada dalam 1 arus pergerakan dan memiliki daya tarik yang kuat, maka jalur tersebut dibuat tegas, lebar, dan lurus untuk memudahkan pergerakan. Di sini kita bisa melihat bahwa di antara 2 titik yang memiliki daya tarik kuat sebaiknya dibuat path yang sesuai dengan aksisnya sehingga bisa didapatkan kemudahan dalam mencapai salah satu titik tersebut. Sebenarnya dengan adanya daya tarik yang kuat dari 2 titik, maka penggunaan jalur tersebut akan cukup banyak, dan sebaiknya digunakan jalur yang seefektif mungkin.
            Saat manusia melewati sebuah koridor ia akan merasakan ruang. Dan setiap karakteristik dari kualitas ruang bisa digunakan untuk memperkuat image dari koridor tertentu. Jadi kualitas ruang merupakan salah satu unsur yang penting dalam perancangan koridor di sebuah landscape. Merancang sebuah koridor dengan kualitas ruang yang tegas akan bisa membuat orang mengikuti koridor tersebut ketimbang membuat jalan pintas lain untuk menuju ke tujuan akhirnya. Setiap garis pergerakan sebaiknya mempunyai kejelasan dari arah. Koridor tidak hanya sebaiknya mudah dikenali dan berkelanjutan, sebaiknya pula koridor mempunyai kualitas yang mengarahkan. Ketika arah tersebut bisa terlihat dengan jelas, maka manusia akan berjalan melalui koridor tersebut. Oleh karena itulah, maka pada suatu koridor harus mempunyai arah yang jelas.
            Christopher Alexander mengatakan pada bukunya A Pattern Language, pada intinya saat berjalan terdapat 3 buah proses:
a.       Ketika berjalan, kita akan men-scan landscape untuk mendapatkan tujuan selanjutnya (intermediate destination). Dan ini pula yang secara alami membuat kita memotong dan mengambil jalan diagonal untuk jalan pintas
b.      Intermediate destination ini selalu berubah. Semakin jauh berjalan, akan semakin banyak pula yang bisa dilihat, dan ini juga akan mengakibatkan semakin banyak pula tujuan akhirnya.
c.       Menggunakan temporary goal. Jadi ketika berjalan, kita menggunakan landmark yang ada di sekitar sebagai tujuan sementera kita, dan ketika berjalan menuju tujuan sementara kiat tersebut, kita akan berjalan lurus dan mengambil jalan tersingkat. Kita bisa menggunakan beberapa tujuan sementara ini sampai tiba ke tujuan akhir kita.
Ketika orang melewati sebuah koridor, ia akan merasakan ruang tersebut sambil berjalan. Sebuah koridor mempunyai kualitas ruang yang membimbing dan berkelanjutan. Perubahan lebar sebuah koridor, akan berpengaruh ke kualitas ruangnya. Semakin besar koridor tersebut, tentu orang akan merasa semakin sulit merasakan kontinuitas dari koridor tersebut, begitu pula jika koridor tersebut semakin kecil.

2.3   Sirkulasi Antar Ruang
Sirkulasi menghubungkan ruang satu dengan ruang lainnya. Sirkulasi dapat menggunakan ruang yang sudah ada atau memiliki ruang sirkulasi sendiri.
2.3.1      Hubungan Jalan dengan Ruang
Jalan mungkin dihubungkan dengan ruang-ruang dalam cara-cara berikut.
a.       Melalui Ruang-ruang
·         Kesatuan tiap-tiap ruang dipertahankan.
·         Konfigurasi jalan fleksibeI.
·         Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk menghubungkan jalan dengan ruang-ruangnya.

b.      Menembus Ruang
·         Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya, miring, atau sepanjang sisinya.
·         Dalam memotong sebuah ruang, suatu jalan menimbulkan pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya.

c.       Berakhir Dalam Ruang
·         Lokasi ruang menentukan jalan.
·         Hubungan jalan-ruang ini digunakan untuk pendekatan dan jalan masuk ruang-ruang penting yang fungsional dan simolis,

2.3.2                    Bentuk Ruang Sirkulasi
Ruang sirkulasi dapat berbentuk tertutup, terbuka pada salah satu sisinya, atau terbuka pada kedua sisinya.
a.       Tertutup
          
Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungan melalui pintu-pintu masuk pada bidang dinding.

b.      Terbuka pada Salah Satu Sisinya
     
Membentuk baIkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkannya.

c.       Terbuka pada Kedua Sisinya
   Hasil gambar untuk koridor outdoor
Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.



BAB III
ANALISA & HASIL PENELITIAN

3. I.                     Analisa Arsitektur
1.      Konsep
Konsep yang kami terapkan pada koridor taman Fakultas Teknik yang telah dirancang merupakan “space and sirculation”. Space yang merupakan ruang pada koridor yang terdapat pada didalamnya itu sendiri yang diterapkan. Koridor ini mendapat dari analisa site yang kita temukan pada Universitas Kristen Indonesia. Dengan hadirnya koridor yang memiliki bentuk ruang yang dapat dipergunakan sebagai jalur peneduh orang pejalan kaki. Koridor ini memiliki inspirasi dari bentuk tumpukan kardus-kardus. Tidak seperti koridor pada biasanya , koridor ini terdapat pada outdoor dan sekaligus menciptakan tambahan estetika pada taman yang terdapat pada Fakultas Teknik itu sendiri. Berikut Analisa bentuk desain koridor outdoor yang kami ciptakan:

Gambar bentuk inspirasi dari kardus.







 





Gambar : Ilustrasi tumpukan Kardus


Gambar bentuk rangka pada koridor.








                        Tampak Depan                                             Tampak Samping Kiri







                  Tampak Samping Kanan                                              Tampak Atas


Rangka perkotak berukuran 40cm x 40cm.





2.      A. Kondisi Sebelum
Kondisi pintu masuk gedung Teknik menuju Café Arsitektur, dimana koridor yang telah dibuat akan diletakan :

Gambar : Kondisi pintu masuk sebelum pengaplikasian desain


Gambar : Kondisi pintu masuk sebelum pengaplikasian desain

B.                 Kondisi Sesudah
Kondisi setelah koridor aoutdoor diletakan pada lokasi yang telah ditentukan.

Gambar : Kondisi pintu masuk sesudah pengaplikasian desain (3D)
Gambar : Kondisi pintu masuk sesudah pengaplikasian desain (3D)

Gambar : Kondisi pintu masuk dan Koridor Outdoor sesudah pengaplikasian desain (3D)




3.      Teori
Outdoor koridor ini dibuat berdasarkan teori daripada koridor itu sendiri. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab 2 tentang teori koridor.


3. II.                 Analisa Ekonomi
Saat ini, jumlah penduduk tiap tahunnya semakin meningkat sehingga kebutuhan akan barang juga semakin meningkat. Karena meningkatnya permintaan konsumen sehingga memberi dampak bagi lingkungan berupa sampah yang tidak dapat digunakan lagi. Dampak tersebut pun ditimbulkan akibat aktivitas manusia sendiri yang akan menimbulkan banyak permasalahan dilingkungan ini. Seperti sampah atau limbah rumah tangga, limbah pabrik dan limbah cair, B3, dll.
Dari permasalahan-permasalahan yang telah ditimbulkan akibat sampah, maka kami tertarik untuk menggunakan Kantong Plastik bekas, dan Kayu bekas menjadi barang yang serba guna lagi. Seperti yang kita kenal, Kantong plastik bekas merupakan sampah dari dari limbah rumah tangga, toko, dan supermarket yang bahannya terbuat dari polyethene (PE), suatu bahan thermoplastic yang lebih dari 60 juta ton bahan ini diproduksi setiap tahun di seluruh dunia terutama menjadi kantong plastik, yang bisa terurai di alam dalam waktu 500 - 1.000 tahun dan Kayu bekas merupakan sampah pembangunan (construction waste) yaitu sampah dari proses pembangunan gedung yang sudah tidak dipakai lagi. Oleh karena itu agar mengurangi sampah dilingkungan sekitar yang sudah tidak dipakai lagi seperti ban bekas dan kayu bekas, bila tidak dimanfaatkan atau dibakar akan menjadi sampah yang menyebabkan polusi dan memerlukan ruang yang luas untuk menampungnya.
 
Gambar : Kantong Plastik Bekas & Kayu Bekas.

Kami mengambil judul ini karena kami melihat banyak Kantong plastik bekas, dan Kayu bekas yang sudah tidak dipergunakan lagi atau tidak dapat digunakan lagi, maka timbul inspirasi untuk memanfaatkan Kantong palstik bekas, dan Kayu bekas untuk diolah kembali menjadi barang yang berguna dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Pembuatan Kayu bekas sebagai elemen rangka outdoor koridor, disini kami mencoba untuk membuat karya ini dengan menambahkan beberapa elemen pendukung seperti penambahan lem kayu, paku, tali tambang dan kawat untuk dipadukan menjadi satu sehingga menciptakan sebuah karya yang inovatif dan terbarukan supaya nantinya dari penelitian kami ini dapat dimanfaatkan kembali.
Pembuatan Kantong plastik bekas sebagai penutup atau pelapis dari pada rangka kayu diharapkan dapat menjadi sumber alternatif agar bisa menjadi lapisan untuk menghindari cuaca panas dan hujan, sehingga rangka kayu tersebut dapat menjadi oudoor koridor nantinya. Pemilihan Kantong plastik bekas ini sebagai bahan alternatif penutup atu pelapis dari pada rangka kayu mempunyai maksud dan tujuan khusus yaitu memiliki sifat yang tahan lama dan kedap air sehingga cocok digunakan sebagai bahan alternatif pelapis atau penutup, kemudian kantongan plastik bekas tersebut didapat dari barang-barang bekas yang ada di rumah.
Pemilihan bahan ini kami sudah mempertimbangkannya baik – baik karena sesuai kebutuhan dan material yang kami miliki serta desain yang telah kami pikirkan.Berdasarkan latar belakang itulah muncul beberapa permasalahan yang membuat kami tertarik untuk menjawabnya.
Permasalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Apakah Kantongan plastik bekas dan Kayu bekas dapat dimanfaatkan menjadi Oudoor Koridor?
  2. Apakah Kayu bekas dapat dimanfaatkan sebagai elemen rangka?
  3. Apakah Kantong plastik bekas dapat dimanfaatkan sebagai elemen penutup atau pelapis rangka kayu?
  4. Bagaimana proses pembuatan rangka Outdoor Koridor?
  5. Bagaimana proses pemasangan Kantong plastik bekas sebagai penutup atau pelapis rangka kayu?
  6. Bagaimana proses pemasangan dan detail sambungan antara kayu dengan kayu dan kayu dengan Kantong plastik?
Untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut, maka kami membuat beberapa perencanaan kerja. Perencanaan-perencanaan tersebut yaitu mencari data yang menunjang tentang data yang akan kami teliti, menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, dan melakukan langkah kerja.

Adapun  langkah kerja yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
Kayu Bekas (RANGKA OUTDOOR KORIDOR)
Rangka Outdoor Koridor Dari Kayu Bekas
  1. Mengumpulkan kayu bekas
  2. Memilih kayu bekas yang berukuran 2 meter, dan 4.50 meter sebagai rangka utama. Kemudian disambung dan diberdirikan sehingga menjadi rangka utama Outdoor Koridor.
    
Gambar : Proses pembuatan Rangka Utama
  1. Kemudian untuk membuat framenya, memilih atau memotong beberapa kayu dengan ukuran, yaitu 20 cm yang akan disambung menjadi 4 sisi berbentuk bujur sangkar.
Gambar : Proses pembuatan Frame
  1. Setelah itu, framenya disambungkan dan disusun ke rangka kayu utama. Sehingga menjadi sebuah ruang yang berfungsi sebgai Oudoor Koridor.

 
 
Gambar : Proses penyambungan atau penyusunan Frame ke Rangka Utama

  1. Rangka kayu utama dan frame bujur sangkar tersebut disambungkan dengan menggunakan paku, dan ditambahkan kawat sebagai pengerat atau pengikat antara kayu dengan kayu.
  2. Setelah itu coba pastikan kembali apakah sambungan kayu dan lem kayu, paku, dan kawat kuat dan terpasang dengan baik.
 
 
Gambar : Hasil penyambungan atau penyusunan Frame ke Rangka Utama

Kantong Plastik Bekas (PENUTUP ATAU PELAPIS)
Kantong Plastik Bekas
  1. Memilih Kantong Plastik bekas yang berwarna merah.
  2. Kemudian frame bujur sangkar dilapisi dengan kantong plastik bekas.
  
Gambar : Proses melapisi atau penyusunan Plastik Bekas ke Frame
  1. Frame bujur sangkar dan kantong plastik bekas disambungkan dengan menggunakan paku payung.
  2. Tunggu lemnya sampai kering dan pastikan kembali sambungannya sudah kuat dan terpasang dengan baik.
Finishing:
Setelah semuanya udah dipasang, kemudian rangka kayunya di pernis.
List Harga Bahan Perekat
Nama Barang
Jumlah
Harga
Paku Kayu
6 Pack @ 5000
Rp 30.000
Paku Payung
5 Pack @ 2000
Rp 20.000
Kawat
1 gulung @ Rp 5.000
Rp 5.000
Kaso
1 ikat (6 batang)/4 meter
Rp 215.000
Total Keseluruhan                                                                                  Rp 270.000

Ket:
-          Kayu Bekas dan Kantong plastik Bekas tidak dibeli karena barang-barang bekas tersebut didapatkan dari rumah.

BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan kami mengambil kesimpulan :
  1. Penggunaan Kayu dan Plastik Bekas ini telah melahirkan ide inovatif baru dalam penggunaan bahan material bekas yang bisa dipergunakan lagi.
  2. Mengurangi volume sampah dilingkungan serta dapat menjaga kelestarian lingkungan.
  3. Dengan menggunakan kayu bekas dan plastik bekas kami dapat menciptakan sebuah ide untuk membuat Koridor Outdoor di kampus. Kita tahu bahwa gedung teknik UKI memiliki banyak akses masuk yang cukup membingungkan. Sehingga Koridor Outdoor dapat berfungsi untuk hal tersebut. Koridor Oudoor ini membentuk ruang dan memberi kesan yang menarik serta menjadi landmark atau titik point yang dapat memberi petunjuk bagi orang luar yang ingin masuk kedalam gedung Teeknik UKI.
B. SARAN
  1. Berhati-hatilah dalam pembuatan rangka kayu, karena sewaktu pada waktu pemasangan/pemakuan kayu dapat melukai tangan pada waktu proses pemasangan.
  2. Pada waktu pemilihan kaso diusahakan agar memilih kaso dengan kualitas yang bagus agar pada saat proses pengerjaan/pemakuan tidak mudah rusak atau tidak mudah terbelah.
  3. Keselamatan adalah yang utama pada saat mengerjakan konstruksi kayu.







MAKET 1:1
















Komentar

Postingan Populer